Powered By Blogger

Friday, November 4, 2011

Coal Bed Methane sebagai Energi pembangkit listrik

Jakarta – TAMBANG. Untuk pertama kalinya di dunia, Coal Bed Methane (CBM) atau gas metana batubara dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Indonesia pun menjadi penggagasnya yang dibuktikan dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kerjasama pembelian CBM antara PT PLN (Persero) dan Virginia Indonesia Company (VICO). Dalam jangka waktu minimal lima tahun, sebesar 0,5 Juta Standar Metrik Kaki Kubik per Hari (mmscfd) akan dipasok VICO untuk pembangkit PLN di wilayah Sanga Sanga, Kalimantan Timur.

“Ini (pemanfaatan CBM untuk Pembangkit Listrik-red) adalah sesuatu yang baru, baik di Indonesia maupun dunia,” ucap Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Rudi Rubiandini di acara Penandatanganan MoU Jual Beli Gas Metana Batubara antara PLN dan VICO, Jumat 4 November 2011.

Rudi mengatakan volume CBM yang dijual ini memang tergolong kecil jika dibandingkan dengan produksi sebesar 2300 mmscfd gas di Kalimantan Timur. “Ini (volume CBM yang dijual-red) sangat lah kecil. Tapi ini adalah sesuatu yang baru dan patut diapresiasi,” ungkapnya.

Contoh gambar penampang sumur CBM


Sementara itu, President VICO Indonesia Craig Stewart mengatakan total gas sebesar 0,5 mmscfd tersebut diperoleh dari tiga sumur yang terdapat di lapangan Sanga Sanga. Di mana diketahui, hingga saat ini sudah terdapat 14 sumur yang sudah dibor.

Di tahun 2012, VICO berencana menambah pengeboran terhadap 20 sumur dan diharapkan di 2015 akan memiliki hingga sebanyak enam buah multi wells untuk pilot project yang totalnya mencapai sekitar 24 sumur.

Rudi menambahkan, produksi CBM VICO di 2011 masih tergolong sedikit yaitu di bawah volume 1 mmscfd. “Tapi di 2012, 2013, dan 2014 produksinya akan terus meningkat hingga 10 mmscfd. Oleh karena itu kalau dilihat dari produksinya diharapkan di 2020 bisa capai 300 mmscfd,” ungkapnya.

Rudi mengatakan gas metana batubara memang memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan gas konvensional di mana untuk bisa memperoleh CBM terlebih dahulu harus dilakukan pengeluaran air. “Gas konvensional bisa keluar setelah dilakukan pengeboran, tapi untuk gas batubara metana baru bisa keluar kalau kita produce air terlebih dahulu. Sehingga investor harus keluarkan investasi dulu untuk keluarkan air itu,” jelasnya.

Di sisi lain, Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana mengatakan total potensi CBM Indonesia bisa mencapai lebih dari 400 TCF di mana satu pertiganya dimiliki oleh lapangan VICO. “Potensinya bisa 400 TCF, itu tergolong besar jika dibandingkan dengan cadangan gas kita yang hanya 200-an TCF,” ucapnya di kesempatan yang sama.

Selain VICO, Gde menambahkan pihak yang berpotensi dapat mengembangkan CBM adalah PT Medco Energi Internasional Tbk, BP (British Petroleum) dan PT Energi Pasir Hitam Indonesia (Ephindo). “Sudah banyak kontrak CBM yang ditandatangani, tapi produksi mereka masih kecil dan belum bisa dikomersilkan. Jadi baru VICO yang pertama kali,” ungkap Gede.

sumber : majalahtambang.com

No comments:

Post a Comment